“PENGERTIAN DAN MANFAAT BERMAIN
A.
PENGERTIAN
BERMAIN UNTUK AUD
Bermain
merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih
(Soetjiningsih, 1995). Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain
aktif dan pasif (Hurlock,1999):
1. Bermain
aktif
Dalam
bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya
berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
2. Bermain
pasif
Kesenangan
yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan
dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi
dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan
terkadang bisa kecewa karena in pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis
ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.
Tidak
semua kegiatan yang dilakukan oleh anak merupakan bermain dan tidak semua
pengalaman yang bermakna melibatkan bermain. Oleh karena itu, Fromberg dalam
Dockett (2002:15) mendefinisikan bermain pada anak sebagai kegiatan yang
mencakup kombinasi dari enam elemen, yaitu: simbolik, bermakna, aktif,
menyenangkan, sukarela, aturan main yang ditentukan sendiri dan episodik. Ciri
khas simbolik dapat terlihat ketika seorang anak berpura-pura memainkan unit
balok sebagai kereta.
Adapun
Schaefer (1983) dikutip langsung oleh Gil mendefinisikan bermain sebagai suatu
kegiatan yang menyenangkan (pleasurable), berasal sepenuhnya dari motivasi
internal, bebas dari pengaruh orang dewasa dan ganjaran dari pihak luar, non
instrumental, tanpa tujuan, tidak terjadi dalam kondisi situasi yang menakutkan
(Gil, 1991:27).
Berdasarkan
beberapa teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan
alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi
kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari luar, serta mampu
mengembangkan berbagai potansi pada anak.
Dalam konteks ini yang perlu diperhatikan atau digarisbawahi adalah suasana dan rasa senang pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain.
Oleh karenanya bermain sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan belajar pada pendidikan prasekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
Dalam konteks ini yang perlu diperhatikan atau digarisbawahi adalah suasana dan rasa senang pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain.
Oleh karenanya bermain sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan belajar pada pendidikan prasekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
B.
MANFAAT
BERMAIN
1. Mengembangkan
kemampuan motorik
Berbagai penelitian mengatakan bahwa
bermain memungkinkan anak untuk bergerak secara bebas sehingga anak mampu
mengembangkan motoriknya (piaget,1962;Curtis,1977;Dansky,1980;saltz,1980 dan
Campbell,1985). Menurut Piaget anak terlahir dengan kempuan reflex, kemudian ia
belajar menggabungkan dua atau lebih gerak reflex, dan pada akhirnya ia mampu
mengontrol gerakannya. Sehingga melalui bermain anak mampu belajar untuk
mengontrol gerakannya.
2. Bermain
mampu mengembangkan kemampuan motorik kognitif
Menurut Piaget (dalam Suyanto, 2005;124)
anak belajar dengan mengkonstruksi pengetahuan dengan berinteraksi dengan objek
yang ada di sekitarnya. Ketika bermain anak menggunakan indranya, seperti
menyentuh, mencium, melihat dan mendengarkan, untuk mengetahui sifat-sifat
objek. Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta-fakta, informasi, dan
pengalaman yang akan menjadi dasar untuk berpikir abstrak.
Vygotsky
(dalam Suyanto, 2005;124) menyatakan bahwa pada saat bermain pikiran anak
terbebas dari situasi kehidupan yang nyata yang menghambat anak berpikir
abstrak. Penelitian Horns(1993) (dalam, Suyanto, 2005;124), menunjukkan bahwa
bermain memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan
berpikir logis, imajinasi dan kreativitas.
3. Bermain
dapat mengembangkan kemampuan afektif anak
Setiap permainan memiliki aturan, ketika
ia bermain dengan temannya ia akan diajarkan aturan-aturan permainan oleh
temannya. Sehingga dengan bermain akan melatih anak untuk memahami bahwa segala
sesuatu memiliki aturan. Hal ini merupakan tahap awal perkembangan moral.
4. Bermain
mengembangkan kempuan bahasa anak
Ketika anak bermain ia akan melakukan
komunikasi dengan teman-temannya. Ketika
anak bermain tersebut secara tidak langsung anak akan meemukan kosa kata baru
ketika ia berbicara dengan bahasa mereka dengan temannya.
5. Bermain
dapat mengembangkan kemampuan sosial-emosional anak
Ketika anak bermain, anak akan melakukan
interaksi dengan temannya. Ketika ia berinteraksi ia akan mengungkapkan
emosinya seperti rasa senang, sedih, setuju dengan pikiran teman, atau
menyatakan tidak suka atau setuju. Dan hal ini sedikit demi sedikit dapat
mengembangkan emosi anak. Bermain bisa dilakukan sendiri atau dengan
berkelompok. Anak-anak yang sering bermain berkelompok tentunya akan lebih
mudah dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya.
Mereka akan belajar tentang sebuah aturan, konsekuensi, apa yang boleh dan yang
tidak boleh, belajar untuk berbagi peran dan tugas, serta masih banyak lagi,
dan penerimaan sosial pun akan lebih terbuka.
Dalam keadaan seperti ini anak-anak akan lebih mudah untuk melupakan beban-beban yang mereka alami. Mereka bisa meluapkan emosinya secara positif sehingga tidak menjadi penghambat mereka dalam berinteraksi baik dengan teman atau orang dewasa.
Dalam keadaan seperti ini anak-anak akan lebih mudah untuk melupakan beban-beban yang mereka alami. Mereka bisa meluapkan emosinya secara positif sehingga tidak menjadi penghambat mereka dalam berinteraksi baik dengan teman atau orang dewasa.
6. Konsep
Diri
Pada saat anak bermain sendiri ada kegiatan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas atau yang sejenisnya. Ketika ia bisa menyelesaikannya dengan baik akan muncul kepuasan atau kepercayaan diri bahwa ia sudah dapat menguasai permainan tersebut. Begitu pula ketika beberapa anak bermain bersama kemudian mengajak beberapa anak yang lain untuk bergabung ikut terlibat dalam permainan tersebut. Tentunya anak-anak yang diikutsertakan lebih merasa dihargai, diakui keberadaannya dan berkembang pula konsep diri positif yang ada dalam diri mereka.
Pada saat anak bermain sendiri ada kegiatan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas atau yang sejenisnya. Ketika ia bisa menyelesaikannya dengan baik akan muncul kepuasan atau kepercayaan diri bahwa ia sudah dapat menguasai permainan tersebut. Begitu pula ketika beberapa anak bermain bersama kemudian mengajak beberapa anak yang lain untuk bergabung ikut terlibat dalam permainan tersebut. Tentunya anak-anak yang diikutsertakan lebih merasa dihargai, diakui keberadaannya dan berkembang pula konsep diri positif yang ada dalam diri mereka.
7. Manfaat bermain untuk mengasah
ketajaman penginderaan
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Melalui kegiatan bermain kelima aspek penginderaan dapat diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di lingknungan sekitarnya.
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Melalui kegiatan bermain kelima aspek penginderaan dapat diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di lingknungan sekitarnya.
8. Manfaat bermain untuk mengembangkan
keterampilan olahraga dan menari
Dalam kegiatan bermain olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga seperti berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan memiliki tubuh yang sehat,kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak melakukan gerakan-gerakan yang lentur dan tidak canggung-canggung sehingga anak akan memiliki rasa percaya diri.
Dalam kegiatan bermain olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga seperti berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan memiliki tubuh yang sehat,kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak melakukan gerakan-gerakan yang lentur dan tidak canggung-canggung sehingga anak akan memiliki rasa percaya diri.
- Melakukan penemuan-penemuan
baru,dimana ketika bermain anak akan menemukan sesuatu yang baru dari
interaksinya dengan temannya. Contohnya, ia mengetahui bagaimana cara
bermain suatu permainan.
10.
Memampukan anak menjelajahi dunianya, dimana dunia bermain
adalah dunia mereka.
menurut Hartley, Frank, dan Goldenson sebagaimana dikutip oleh
Moeslichatoen, ada 8 fungsi bermain bagi anak:
- Memainkan apa yang
dilakukan oleh orang dewasa
- Untuk melakukan berbagai
peran yang ada dalam kehidupan nyata
- Untuk mencerminkan hubungan dalam
keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.
- Untuk menyalurkan
perasaan yang kuat
- Untuk melepaskan
dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
- Untuk kilas balik
peran-peran yang biasa dilakukan
- Mencerminkan pertumbuhan
- Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock
Elizabeth .1978. perkembangan anak edisi 1 : Jakarta :Erlamgga suryana dadan.
2013. Pendidikan anak usia dini ( teori dan praktik pembelajarn . padang.
Unp press
Mayke
S. Tedjasaputra, 2001. Bermain, Mianan dan Permaianan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasrana
indonesia.
Munandar.
S.C.U., 1995 Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta
kejasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Santrock,
Jhon W, 2011. Masa Perkembangan Anak. Salemba Humanika : Jakarta
Suyanto,
Slamet.2005.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:DEPDIKNAS
0 comments:
Post a Comment