Friday, 5 December 2014

BERMAIN DAN PERMAINAN

“PENGERTIAN DAN MANFAAT BERMAIN

A.    PENGERTIAN BERMAIN UNTUK AUD
Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti hanya makanan, cinta kasih (Soetjiningsih, 1995). Tentang bermain, Hurlock (1999) menyatakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Kategori bermain dibagi menjadi dua yaitu bermain aktif dan pasif (Hurlock,1999):
1.     Bermain aktif
Dalam bermain aktif, anak memperoleh kesenangan dari apa yang dilakukannya. Misalnya berlari atau membuat sesuatu dari lilin.
2.     Bermain pasif
Kesenangan yang diperoleh anak dalam bermain egosentris. Sedikit demi sedikit anak akan dilatih untuk mempertimbangkan perasaan orang lain, bekerja sama, saling membagi dan menghargai. Melalui bermain anak dilatih bersabar, menunggu giliran dan terkadang bisa kecewa karena in pasif berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya menikmati temannya bermain, melihat hewan. Bermain jenis ini membutuhkan sedikit energi dibandingkan bermain aktif.
Tidak semua kegiatan yang dilakukan oleh anak merupakan bermain dan tidak semua pengalaman yang bermakna melibatkan bermain. Oleh karena itu, Fromberg dalam Dockett (2002:15) mendefinisikan bermain pada anak sebagai kegiatan yang mencakup kombinasi dari enam elemen, yaitu: simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, sukarela, aturan main yang ditentukan sendiri dan episodik. Ciri khas simbolik dapat terlihat ketika seorang anak berpura-pura memainkan unit balok sebagai kereta.
Adapun Schaefer (1983) dikutip langsung oleh Gil mendefinisikan bermain sebagai suatu kegiatan yang menyenangkan (pleasurable), berasal sepenuhnya dari motivasi internal, bebas dari pengaruh orang dewasa dan ganjaran dari pihak luar, non instrumental, tanpa tujuan, tidak terjadi dalam kondisi situasi yang menakutkan (Gil, 1991:27).
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan, tanpa ada paksaan ataupun tekanan dari luar, serta mampu mengembangkan berbagai potansi pada anak.
Dalam konteks ini yang perlu diperhatikan atau digarisbawahi adalah suasana dan rasa senang pada diri anak. Artinya bahwa ketika rasa senang itu sudah tidak ada atau anak sudah tidak dapat menikmati kegiatan yang dilakukannya maka kegiatan tersebut tidak dapat lagi dikatakan sebagai kegiatan bermain.       
              Oleh karenanya bermain sangat efektif untuk digunakan sebagai suatu pendekatan dalam kegiatan belajar pada pendidikan prasekolah. Atau yang biasa kita kenal dengan pendekatan ‘Bermain sambil Belajar’.
B.    MANFAAT BERMAIN
1.     Mengembangkan kemampuan motorik
Berbagai penelitian mengatakan bahwa bermain memungkinkan anak untuk bergerak secara bebas sehingga anak mampu mengembangkan motoriknya (piaget,1962;Curtis,1977;Dansky,1980;saltz,1980 dan Campbell,1985). Menurut Piaget anak terlahir dengan kempuan reflex, kemudian ia belajar menggabungkan dua atau lebih gerak reflex, dan pada akhirnya ia mampu mengontrol gerakannya. Sehingga melalui bermain anak mampu belajar untuk mengontrol gerakannya.

2.     Bermain mampu mengembangkan kemampuan motorik kognitif
Menurut Piaget (dalam Suyanto, 2005;124) anak belajar dengan mengkonstruksi pengetahuan dengan berinteraksi dengan objek yang ada di sekitarnya. Ketika bermain anak menggunakan indranya, seperti menyentuh, mencium, melihat dan mendengarkan, untuk mengetahui sifat-sifat objek. Dari pengindraan tersebut anak memperoleh fakta-fakta, informasi, dan pengalaman yang akan menjadi dasar untuk berpikir abstrak.
Vygotsky (dalam Suyanto, 2005;124) menyatakan bahwa pada saat bermain pikiran anak terbebas dari situasi kehidupan yang nyata yang menghambat anak berpikir abstrak. Penelitian Horns(1993) (dalam, Suyanto, 2005;124), menunjukkan bahwa bermain memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan berpikir logis, imajinasi dan kreativitas.

3.     Bermain dapat mengembangkan kemampuan afektif anak
Setiap permainan memiliki aturan, ketika ia bermain dengan temannya ia akan diajarkan aturan-aturan permainan oleh temannya. Sehingga dengan bermain akan melatih anak untuk memahami bahwa segala sesuatu memiliki aturan. Hal ini merupakan tahap awal perkembangan moral.

4.     Bermain mengembangkan kempuan bahasa anak
Ketika anak bermain ia akan melakukan komunikasi dengan  teman-temannya. Ketika anak bermain tersebut secara tidak langsung anak akan meemukan kosa kata baru ketika ia berbicara dengan bahasa mereka dengan temannya.

5.     Bermain dapat mengembangkan kemampuan sosial-emosional anak
Ketika anak bermain, anak akan melakukan interaksi dengan temannya. Ketika ia berinteraksi ia akan mengungkapkan emosinya seperti rasa senang, sedih, setuju dengan pikiran teman, atau menyatakan tidak suka atau setuju. Dan hal ini sedikit demi sedikit dapat mengembangkan emosi anak. Bermain bisa dilakukan sendiri atau dengan berkelompok. Anak-anak yang sering bermain berkelompok tentunya akan lebih mudah dalam beradaptasi dan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungannya. Mereka akan belajar tentang sebuah aturan, konsekuensi, apa yang boleh dan yang tidak boleh, belajar untuk berbagi peran dan tugas, serta masih banyak lagi, dan penerimaan sosial pun akan lebih terbuka.           
             Dalam keadaan seperti ini anak-anak akan lebih mudah untuk melupakan beban-beban yang mereka alami. Mereka bisa meluapkan emosinya secara positif sehingga tidak menjadi penghambat mereka dalam berinteraksi baik dengan teman atau orang dewasa.

6.     Konsep Diri   
Pada saat anak bermain sendiri ada kegiatan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas atau yang sejenisnya. Ketika ia bisa menyelesaikannya dengan baik akan muncul kepuasan atau kepercayaan diri bahwa ia sudah dapat menguasai permainan tersebut. Begitu pula ketika beberapa anak bermain bersama kemudian mengajak beberapa anak yang lain untuk bergabung ikut terlibat dalam permainan tersebut. Tentunya anak-anak yang diikutsertakan lebih merasa dihargai, diakui keberadaannya dan berkembang pula konsep diri positif yang ada dalam diri mereka.

7.     Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan
Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan. Melalui kegiatan bermain kelima aspek penginderaan dapat diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap hal-hal yang berlangsung di lingknungan sekitarnya.        

8.     Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan olahraga dan menari
Dalam kegiatan bermain olahraga anak melakukan gerakan-gerakan olahraga seperti berlari, melompat, menendang dan melempar bola sehingga anak akan memiliki tubuh yang sehat,kuat dan cekatan. Dalam kegiatan menari anak melakukan gerakan-gerakan yang lentur dan tidak canggung-canggung sehingga anak akan memiliki rasa percaya diri.
  1. Melakukan penemuan-penemuan baru,dimana ketika bermain anak akan menemukan sesuatu yang baru dari interaksinya dengan temannya. Contohnya, ia mengetahui bagaimana cara bermain suatu permainan.
10.  Memampukan anak menjelajahi dunianya, dimana dunia bermain adalah dunia mereka.
menurut Hartley, Frank, dan Goldenson sebagaimana dikutip oleh Moeslichatoen, ada 8 fungsi bermain bagi anak:
  1. Memainkan apa yang dilakukan oleh orang dewasa
  2. Untuk melakukan berbagai peran yang ada dalam kehidupan nyata
  3.  Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.
  4. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat
  5. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima
  6. Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan
  7. Mencerminkan pertumbuhan
  8. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock Elizabeth .1978. perkembangan anak edisi 1 : Jakarta :Erlamgga suryana dadan. 2013.  Pendidikan anak usia dini ( teori dan praktik pembelajarn . padang. Unp press           
Mayke S. Tedjasaputra, 2001. Bermain, Mianan dan Permaianan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasrana indonesia.
Munandar. S.C.U., 1995 Perkembangan Kreativitas Anak Berbakat.  Rineka Cipta kejasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Santrock, Jhon W, 2011. Masa Perkembangan Anak. Salemba Humanika : Jakarta
Suyanto, Slamet.2005.Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.Jakarta:DEPDIKNAS


0 comments:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Post a Comment